Senin, 09 Mei 2016

" Dibalik ungkapan Kalemboade"



"Kalembo Ade" adalah kata subyek yang selalu diucapkan dalam dioalog dou mbojo (bima) yang makna dari kata kalembo ade itu sendiri akan berubah-ubah sesuai dengan kata obyek yang dituju.
Seperti dalam Bahasa Indonesia, ungkapan sering terbentuk dari berbagai unsur. Bahasa Bima pun demikian, katakan saja idiom atau ungkapan yang terbentuk dari unsur bagaian tubuh manusia, misalnya: jatuh hati (mabu ade) buah hati (do’u ne’e) dan masih ada lagi contoh lain seperti ungkapan dari unsur indera: mandi basah (ndeu raso)

Bagaimana ungkapan kalembo ade itu sendiri ? Entah sejak kapan ungkapan kalembo ade digunakan oleh masyarakat Mbojo(Bima), penulis belum mendapatkan informasi yang tepat, tapi yang jelas, ungkapan kalembo ade ini selalu mewarnai kegiatan/alur berkomunikasi dalam keseharian warga Mbojo (bima). Frekuensi penggunaannya pun , boleh dikatakan, tiada hari tanpa ada ungkapan kalembo ade , bahkan tiada jam tanpa ada kalembo ade.

Sekedar contoh, ketika kita makan dalam hidangan yang serba lengkap, selalu saja kata Kalembo ade diucapkan oleh sipenyedia hidangan dengan mengucapkan "kalembo ade, ngaha wati tantuna ake, ngahapu be ma rawara ( mohon maaf, hidangan ini sangat sederhana, makanlah apa adanya) padahal jelas-jelas menu hidangan yang disediakan  cukup lengkap dan mewah, nah jika benar-benar yang menyediakan hidangan merasa menu hidangannya tidak istimewa, maka ungkapan kalembo ade akan diucapkan berulang-ulang seperti " kalembo ade, ngaha wati tantuna ake, ngahapu be mara wara, kalembo ade, kalembo ade mena.
  • Kalembo ade, ngaha hangga sa toi (mohon maaf, makanan tersedia hanya sedikit).
  • Kalembo ade, ngaha be ma wara (mohon maaf, makan apa adanya).
  • Kalembo ade, mboto kangampu ta, wati tantungaha re, ngaha mpa  be mara wara ( mohon maaf sebesar-besarnya karena makanannya sederhana, makanlah apa adanya).
  • Makna yang dikandung dalam kalimat di atas, berarti : memohon maaf, karena mungkin tidak memenuhi atau memuaskan salera anda dan jika kalembo ade ditambah kata mboto kangampu berarti mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Nah, kalembo ade itu sendiri, apa sih artinya? Secara sederhana, dapat dikatakan maknanya: adalah bersabar. Itu dipahami karena ungkapan itu terbentuk dari kata kalembo (sabar)  ade (hati). Jadi kalembo ade artinya bersabar yang berarti keikhlasan hati nurani. Nah inilah uniknya keaneka ragaman bahasa daerah yang ada Di Indonesia, seperti bahasa daerah Bima, jika harus diartikan kedalam Bahasa Indonesia dengan tepat, ada beberapa kata atau ungkapan yang tidak bisa pas benar, seperti kata kalembo ade ini, jika anda artikan kedalam bahasa Indonesia adalah hati yang sabar (penyabar) tapi dalam bahasa bimanya menjadi mohon maaf, padahal mohon maaf itu sendiri dalam bahasa bimanya : mohon (raho), maaf (kangampu) kenapa yang dipake kata kalembo ade justru bila kata kalembo ade ditambahkan kata mboto kangampu maka artinya menjadi : mohon maaf yang sebesar-besarnya, itulah uniknya.

Banyak sekali makna dari ungkapan kalembo ade bergantung pada sikon (situasi dan kondisi) yang terjadi pada saat itu. Benar kata para ahli bahasa bahwa, sebuah kata atau ungkapan belum punya arti, jika belum dikontekskan dengan obyek yang dituju, Artinya, kata atau ungkapan yang digunakan akan mempunyai arti jika dirangkaikan dengan sebuah kejadian yang terjadi pada saat itu, Sederhananya kata kalembo ade adalah kata subyek sedangkan kejadian atau pristiwa adalah obyeknya
Setelah diadakan penelitian sederhana, penulis menemukan sekian makna ungkapan kalembo ade itu. Dan ternyata, tafsiran kita terhadap ungkapan kalembo ade, memang beragam maknanya. Untuk tidak sekedar diperbincangkan, berikut ini, disajikan sebagai berikut:
  1. Kalemboa de bermakna: tidak mudah putus-asa. Ketika kita mengalami kesulitan, seperti kekurangan uang untuk membayar SPP, orang yang paling dekat dengan kita selalu menggunakan ungkapan,”Kalembo ade, kata orang bijak, sabar akan menjadi subur”. Atau salah satu krabat kita tertimpa musibah meninggal dunia, maka semua yang melayat tidak akan terlewatkan kata kalembo ade baru ditambahkan kata-kata lain yang menyetuh misalnya : "Kalembo ade ari e, aina ipi nangi, ndai ta manusia ke di mamade menampa”  yang artinya "jangan terlalu sedih (menangis) dik, karena kita sebagai manusia, semuanya bakal meninggal”
  2. Kalembo ade bermakna: tidak tergesa-gesa. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa banyak di antara kita dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan maunya cepat  selesai, orang akan menganggap pekerjaan yang dikerjakan dengan terburu-buru hasilnya tidak akan maksimal maka orang itu pasti akan menegur atau mengingat kita dengan kata : Kalembo ade, ai na ipi hura-hara krawi re, kanari-nari mpa diloa taho kai ndadina (jangan terlalu terburu buru, pelan - pelan saja, biar hasilnya maksimal)
  3. Kalembo ade bermakna : teliti dan tekun, dalam hal belajar misalnya, kita disarankan agar selalu memperhatikan dan memahami sepenuhnya tentang apa yang kita pelajari, Belajar dan belajar, tetap semangat untuk belajar, biasanya orang terdekat kita akan mengingatkan seperti ini ”Kalembo ade, tanao kapoda ademu, diloa kai raka aura ne'e mu" (belajar yang sungguh-sungguh agar cita-citamu tercapai)
  4. Kalembo ade bermakna jengkel atau marah.Ketika kita menagih utang kepada teman, kemudian teman kita selalu menunda-nunda pembayarannya, maka terkadang kesabaran kita habis sudah maka tanpa disadari emosional kita meledak dalam seketika. Kalembo ade ya, sambil menunjuk –tunjuk jemari kita di depan mata seseorang ; ”Kalembo ade , cina e, ndaim ma ka susah podaku ake, nahu ke, ngge'e nggongga senai-naiku di ake pala watipu cola conggo, bone aiku colamu" (banyak maaf teman, tiap hari saya bolak balik kesini tapi belum bayar juga utangmu, kapan kamu mau bayar).
  5. Kalembo ade bermakna: merendahkandiri. Pada waktu kita memberikan hadiah yang mahal harganya, tapi justeru kita mengatakan kalemboade hanya itu yang bisa kita berikan. Jauh dari lubuk hati si penerima mengatakan wah…, sudah dikasih hadiah yang mahal harganya malah dikatakan kalembo ade, biasanya sambil menyerahkan hadiah tersebut diiringi ucapan ”Kalembo ade, ake mpa mara wara, diloa kai samada angi ndai!” (mohon maaf, hanya ini yang dapat aku berikan sebagai kenang-kenangan antara kita)
  6. Kalembo ade bermakna: mohon maaf. Dalamkeseharian, kita terkadang terlambat datang pada suatu pertemuan. Oleh karenaitu, kita selalu meminta maaf atas keterlambatan kita. biasanya diungkapkan demikian,” Kalembo ade, mada wara sengiri ke“ (banyak maaf saya agak terlambat).
  7. Kalembo ade bermakna: tegur-sapa. Menegur atau menyapa adalah pola komunikasi yang sangat bermanfaat bagi sesama, begitupun di Bima, digunakan dalam kehidupan sehari-hari, Misalnya, “Kalembo ade, ampo ja eda angi,  tabe ku ra lao kai re (mohon maaf, kita kayaknya baru bertemu deh, kemana saja selama ini)

Sumber :
1)      http://bimaitumbojo.blogspot.co.id/2012/02/di-balik-ungkapan-kalemboade.html

Selasa, 26 April 2016

“MAJA LABO DAHU”



Maja Labo Dahu merupakan falsafah kehidupan yang mengandung nilai-nilai luhur yang dijadikan pedoman oleh Pemerintah dan seluruh masyarakat. Nilai-nilai luhur yang bersumber dari Maja Labo Dahu ialah :

1.Tohompara nahu sura dou labo danana
2.Edera Nahu sura dou Marimpa
3.Renta ba rera, kapoda ba ade karawi ba weki
4.Nggahi Rawi Pahu

Keempat nilai luhur dari Maja Labo Dahu disebut di atas pada hakekatnya merupakan perpaduan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya. Sangaji dan rakyat harus melaksanakan falsafah secara utuh dan konsekuen. “Tahompara nahu sura dou labo dana” yang berarti “biarkan aku menderita asalkan demi rakyat dan negara”. Falsafah tersebut mampu mengobarkan semangat pengabdian rakyat terhadap Kesultanan Bima sampai pada pelaksana pemerintah. Penerapan falsafah berikut, yakni “Edera nahu sura dou marimpa”, yang berarti “saya (Sultan) tidak penting (bukan yang utama), yang utama dan penting adalah masyarakat secara keseluruhan”.

Falsafah ini pada hakekatnya mewajibkan sultan untuk memperhatikan kepentingan rakyat banyak tanpa mempedulikan kepentingan pribadi atau golongannya. Dalam menjalankan tugas sehari-hari para Raja, Sultan dan seluruh masyarakat harus berpedoman pada nilai-nilai luhur “Nggahi Rawi Pahu” yang mengandung pengertian bahwa apa yang telah diikrarkan harus dapat diwujudkan menjadi kenyataan.

Mereka secara konsekuen melakukan tugas, agar mampu mewujudkan tujuan yang telah disepakati. Bila gagal berarti ada di antara mereka yang melanggar nilai falsafah “Renta ba rera kapoda ba ade karawi ba weki” yang berarti “yang telah diikrarkan oleh lidah yang bersumber dari hati nurani, harus mampu dikerjakan dan dilaksanakan oleh raga dan jasmani”.Jika kita cermati secara seksama, ternyata falsafah Pancasila belum ada apa-apanya dibanding pengabdian dan penerapan falsafah Maja Labo Dahu tersebut di masa silam, bahkan kelahiran falsafah Maja Labo Dahu tersebut lebih dulu dan jauh melampaui dibanding masa kelahiran falsafah Pancasila yang kita kenal sekarang ini.Falsafah tersebut telah mengejewantah dan telah menjadi nilai-nilai luhur yang menjadi dasar pemerintahan pada masa lalu, yang wajib diterapkan dan diamalkan dalam kehidupan nyata masyarakat Bima hingga saat ini.
Kesuksesan dan kejayaan yang berhasil dirangkul Kesultanan Bima di masa lalu merupakan buah nyata penerapan falsafah tersebut, terutama dalam mengimbangi, menyaingi, dan mengungguli kerajaan-kerajaan lain di seluruh negeri. Berkat penerapan falsafah tersebut pula, kompeni Belanda berhasil diusir dari tanah Bima untuk selamanya. Semoga, falsafah tersebut masih membara, membakar semangat juang rakyat Bima kapan dan di mana pun berada, untuk menggapai kejayaan dan kegemilangan masyarakat dan tanah Bima hari ini dan ke depan, serta kejayaan dan kegemilangan bangsa Indonesia tercinta.

Sumber :
http://chunkybrandalz.blogspot.co.id/2013/07/semboyan-dana-mbojo.html

Rabu, 13 April 2016

FENOMENA IJAZAH DIPERJUAL BELIKAN




Maraknya berita tentang fenomena memperjual belikan ijazah, oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Mereka menghalalkan segala cara demi mendapatkan apa yang mereka ingingkan dan salah satunya adalah mereka mencari jalan pintas dimana mereka memperjual belikan ijazah.(1)
Pendidikan memang perlu dalam kehidupanya kita oleh karena itu kita harus bersekolah dari tingkat SD sampai seterusnya. Jadi untuk mendapatkan sebuah ijazah itu tidaklah mudah seperti yang kita bayangkan banyak hal-hal yang dilaluli dan prosesnya sangatlah panjang, dan kita harus belajar dan belajar mengikuti apa yang sudah menjadi kegiatan disekolah.
Akan tetapi disaat sekarang ini banyak sekali beredar kabar atau informasi tentang orang yang memeperjual belikan ijazah, hal yang tidak pantas tersebut sudah menjadi hal yang biasa dan menjadi pekerjaan yang menguntungkan bagi si pelaku. Tanpa memeras otak dan belajar, ijazah sudah ada dalam genggaman. Karena itu, selama masih ada peminat, akan ada saja yang mengaku sebagai lembaga pendidikan dan menjalankan praktik ilegal itu.
Hal menyedihkan, sudah ada 147 alumnus dengan ijazah palsu yang umumnya strata 3 dikeluarkan lembaga itu. Profesi para "alumnus" itu bermacam-macam, mulai dari manajer perusahaan, pejabat kepolisian, hingga rektor perguruan tinggi. Dua rektor perguruan tinggi di Kupang, Nusa Tenggara Timur, tercantum dalam daftar alumni. Salah satunya, mantan Rektor Universitas PGRI Nusa Tenggara Timur, SH, yang kini sudah diberhentikan. Namun, sekitar 2.300 ijazah mahasiswa yang ditandatangani oleh SH kini jadi bermasalah dan diragukan.(1)
Selain itu, ditemukan lembaga pendidikan yang sembarangan meluluskan mahasiswa. Hal ini didapati saat Kementerian Ristek dan Dikti melakukan inspeksi ke Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Adhy Niaga di Bekasi. STIE Adhy Niaga tercatat sebagai perguruan tinggi yang tidak aktif di data Kementerian Ristek dan Dikti. Namun, lembaga itu terbukti meluluskan para mahasiswa yang tidak layak. Ada yang tercatat baru kuliah dan beroleh 6 SKS, tetapi sudah boleh ikut wisuda.(1)
Masih adanya kasus-kasus jual beli ijazah juga mencerminkan sebagian manusia Indonesia masih menyukai jalan pintas. Ketimbang bekerja keras memperjuangkan selembar ijazah, sebagian orang memilih membeli saja.
Situasi ini tentu tak dapat dipandang remeh. Dapat dibayangkan jika orang-orang yang memegang "ijazah belian" itu menduduki jabatan-jabatan penting dan menentukan tanpa kompetensi. Apalagi jabatan yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat. Bisa jadi, bukan perbaikan yang diperoleh, melainkan kesia-siaan dan kerugian bagi masyarakat luas.



Sumber :
(1)   http://print.kompas.com/baca/2015/05/26/Riuh-Rendah-Masalah-Jual-Beli-Ijazah

Selasa, 05 April 2016

"SARONE"






Disuku mbojo juga terdapat berbagai macam alat musik yang sangat klasik, dimana alat music tradisional ini juga hampir punah. Alat music ini juga dimainkan pada saat ada upacara dan acara dihari-hari besar seperti ada acara dikerajaan dan sebagainya. Pelestarian alata music tradisional ini juga hampir tidak di semau daerah yang menggunakanya karena seiring perekmbanganya zaman. Jadi sedikit mulai sedikit alat music ini akan terlupakan oleh masyarakat mbojo atau suku mbojo.
Suku Mbojo (Bima) adalah suku yang mendiami pulau Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat, terdapat beragam kesenian tradisi dan budaya menjadi bagian dalam aturan dan tata kehidupan masyarakat Bima. Masyarakat Bima memiliki banyak tari tradisional dan menyebut tari dengan istilah Mpa’a. Masyarakat Bima memiliki tarian atau Mpa’a yang tumbuh dan berkembang dilingkungan istana yang disebut (Mpa’a Istana) atau tarian klasik antara lain, Mpa’a Karaenta, Mpa’a Mboha, Mpa’a Toja, Mpa’a Lengsara, Mpa’a Lenggo Siwe, dan Mpa’a Kanja. Serta ada pula tarian yang tumbuh dan berkembang diluar istana disebut tarian rakyat (Mpa’a Ari Mai Ba Asi) antara lain, Mpa’a Kapodo, Mpa’a Buja Kada, Mpa’a Sila atau Mpa’a Peda, Mpa’a Gantao, Mpa’a Parise, Mpa’a Hadra dan Tari Kapahu Nggahi Ra Pehe. Sarone merupakan alat musik tiup sebagai pengiring tarian rakyat sedangkan Silu merupakan alat musik tiup sebagai pengiring tarian di dalam lingkungan istana. (Ismail. dkk, 2007: 32-41)

 
Sarone adalah sebuah alat musik tiup dari Kabupaten Bima Dompu. Alat musik ini  termasuk golongan aerofon yang berlidah. Menurut jumlah lidahnya termasuk tipe klarinet karena lidahnya hanya satu, yang menurut bahasa setempat, lidah ini disebut Lera. Bentuk tabungnya adalah konis (makin lama makin besar)
Sarone, dibuat dari dua bahan pokok yaitu buluh ( jenis bambu kecil) dan daun lontar. Lolo dan anak lolo terdiri atas bulu.. Pada lolo terdapat 6 (enam) bongkang ( lubang) di atas, dan satu lubang di bawah. Cara melubangi dilakukan dengan menggunakan kawat besar yang dibakar. Jarak antara lubang yang satu dengan yang lainnya diukur dengan mengambil ukuran keliling lolo.
Sedang lubang yang ada di bawah, jaraknya ½ (setengah)dari jarak antara dua lubang diatas. Sarone ada yang berlubang lima di atas dan ada yang berlubang 6 (enam) di atas. Sedang lubang dibawah tetap satu. Untuk yang mempunyai lima lubang, nada – nadanya adalah, do, re, mi, fa dan sol. Bila sarone ditup, nada do diperoleh dengan menutup semua lubang, baik lubang diatas maupun lubang di bawah. Nada re diperoleh dengan membuka lubang paling bawah.
Nada mi diperoleh dengan membuka dua lubang nada fa dengan membuka tiga lubang. Sedang nada sol diperoleh dengan menutup lubang kedua dari atas, sementara lubang – lubang yang lain dibuka. Pada serune yang memiliki enam lubang, bertambah satu nada yaitu nada si.


SUMBER :
http://sulaimantbn.blogspot.co.id/2012/12/blog-post_24.html